Selasa, 16 Juli 2013

BERJIHAD DENGAN PERUT KOSONG

BERJIHAD DENGAN PERUT KOSONG Bulan suci yang selama ini kita nantikan, kini telah tiba. Bulan yang ketika disebut namanya kita teringat sebuah taman bunga nan indah, semerbak harum mewangi tempat bersinggahnya amalan-amalan shalih yang penuh hikmah. Bulan yang kedatangannya membuat se-isi alam semesta gembira merah merona. Bulan dimana terdapat amal-amal ibadah yang tidak bisa didapatkan di bulan lainnya. Rhamadhan, ya Rhamadhan, bulan dimana bulan yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Detik demi detiknya adalah detik-detik yang paling utama. Inilah bulan ketika kita diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan-Nya. Di bulan ini nafas-nafas kita menjadi tasbih, tidur kita adalah ibadah, amal-amal kita diterima, dan doa-doa kita diijabah. Mari kita sambut bulan penuh berkah ini dengan penuh semangat yang membara dalam dada. Semangat yang luar biasa untuk bulan yang luar biasa. Inilah saatnya semangat kita harus lebih kuat dari seorang mujahid. Semangat hidup bersahaja atau meninggal dijalan Allah Ta’ala. Semangat berperang melawan hawa nafsu, semangat untuk menahan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Ta’ala dan semangat melaksanakan segala hal yang di perintahkan-Nya. Rhasulullah saw. bersabda dari Abu Hurairah ra. yang menuturkan, “Ada dua orang laki-laki dari negeri Qudha'ah yang masuk Islam di hadapan Nabi. Laki-laki yang pertama gugur sebagai syahid dalam peperangan bersama Rasulullah, sedang yang kedua wafat setahun sesudahnya. Thalhah bin 'Ubaidillah (Salah seorang sahabat yang paling utama) berkata, 'Aku bermimpi melihat surga, lalu aku melihat orang yang mati syahid itu didahului oleh temannya ketika masuk surga, aku heran karenanya. Keesokan harinya aku sampaikan hal itu kepada Rasulullah. Beliau bersabda, 'Apakah yang kalian herankan dari mimpi tersebut? Bukankah ia sempat berpuasa Ramadhan setelah kematian temannya, ia pun telah shalat enam ribu rakaat atau sekian-sekian rakaat shalat sunnah?'. Para sahabat menjawab, 'Ya, Benar.' maka Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya perbedaan tingkatan antara keduanya lebih jauh dari jarak antar langit dan bumi'."(HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani). Hadist diatas menunjukkan betapa amalan-amalan di bulan Rhamadhan itu sangat luar biasa. Amalan yang telah Allah tentukan sedemikian rupa agar menjadikan makhluknya (manusia) menjadi manusia yang bertakwa. Bahkan amalan itu juga mampu menandingi amal seseorang yang meninggal di jalan Allah Ta’ala atau syahid. Begitu mulianya amalan-amalan di bulan Rhamadhan tersebut, dan Allah membalasnya dengan penuh Rahman. Seketika kita memasuki bulan Rhamadhan, kita langsung disuguhkan dengan shalat magrib berjamaah (pergantian hari dalam bulan Hijriah yaitu ketika masuk waktu shalat magrib). Yang mana shalat berjamaah tersebut mendapat pahala dua puluh tujuh derajat lebih tinggi dibandingkan shalat sendiri. Selain itu, dalam bulan Rhamadhan, seluruh ibadah yang hukumnya wajib akan di lipat gandakan menjadi tujuh puluh kali pahala kewajiban tersebut dibulan lain. Tidak hanya itu saja, apabila kita melaksanakan I’tikaf di masjid dengan berdzikir, membaca Al-qur’an, atau amalan lainnya setelah shalat magrib tersebut. Sebagai mana kita ketahui bersama dalam sebuah hadist mengenai membaca Al-Qur’an yaitu “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469). Maka seluruh pahalanya pun akan di lipat gandakan kembali menjadi tujuh puluh kali pahala amalan tersebut. Ketentuan itu berlaku seterusnya selama bulan Rhamadhan. Shalat berjamaah akan dilipat gandakan menjadi tujuh puluh kali ditambah dengan shalat tarawih yang pahalanya seperti melaksanakan shalat semalam suntuk. Shalat subuhnya, shalat dzuhurnya, shalat asharnya, dan seluruh amal shalih kita akan dilipat gandakan. Amalan shalih setara dengan amalan wajib dan amalan wajib akan dilipat gandakan menjadi tujuh puluh kali lipatan. Di bulan Rhamadhan ini pula terdapat ibadah yang sangat special dan tidak dapat ditemukan di bulan-bulan lainnya. Ibadah tersebut adalah berpuasa, yaitu ibadah yang tidak dilipat gandakan. Namun puasa ini adalah ibadah yang kaitannya dengan Allah langsung, yaitu Allah sendiri yang akan memberikan pahalanya. “Puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya.” (HR.Muslim). Diriwayatkan oleh Salman Al-Farisi, suatu hari di pengujung bulan Sya’ban, Rasulullah saw. bersabda, “Wahai sekalian manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, penuh keberkahaan, di dalam terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan; diwajibkan padanya puasa; dan dianjurkannya untuk menghidupkan malam-malamnya. Siapa yang mengerjakan satu kebaikan pada bulan ini, seolah-olahia mengerjakan satu perintah kewajiban dibulan lain. Siapa yang mengerjakan ibadah wajib, seakan-akan ia mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban tersebut di bulan yang lain,”(HR. Muslim). Inilah saatnya bagi kaum Muslimin untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya. Waktu untuk kita memperbaiki diri, meningkatkan keimanan dan ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Bulan yang penuh berkah, penuh rahmat, dan bulan yang penuh ampunan. Jika tidak di bulan ini kita memperbaiki diri, maka bulan mana lagi yang tepat untuk kita memperbaiki diri. Kawan, marilah kita raih keutamaan Rhamadhan tahun ini. Genggam erat, seerat mungkin kawan, genggam dengan geraham, dan dengan penuh kesungguhan. Jangan biarkan dia berlalu begitu saja kawan. Jangan tunggu nanti, kita berlomba dengan zaman kawan, dan jangan sampai kita tertinggal. Kita tidak tahu kapan akan bertemu Rhamadhan kembali. Membutuhkan perjalanan yang sangat panjang untuk untuk momen ini, dan tidak kurang dari sebelas bulan untuk menemuinya kembali menghampiri kita, dan kita tidak bisa memastikan apakah kita masih berada di sana ketika bulan itu kembali. Syukron, Jazakumullahkhairan katsiran. Ref. : - Bastoni, Hepi Andi. (2010). Ramadhan Bersama Rasulullah. Bogor: Pustaka al-Bustan - http://muslim.org/ - Lajnah Ilmiah Hasmi. (2010). Meraih Kemuliaan Ramadhan. Bogor: Lembaga Buku kecil Islami (LBKI). - Nawawi, Imam. (2006). Syarah & Terjemah RIYADHUS SHALIHN. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar